Faktor ketidak mampuan mahasiswa itu banyak terjadi sejak awal tahun pertama kuliah, hingga masa empat sampai lima tahun menempuh proses perkuliahan.
Berdasarkan catatan ITB yang diungkapkan kepada pers di Bandung, Rabu, pada tahun pertama sekitar 150 orang mahasiswa yang dikeluarkan itu merupakan mahasiswa yang masuk melalui jalur Ujian Saringan Masuk (USM).
USM adalah ujian saringan mahasiswa yang dilakukan institusi secara khusus dengan salah satu persyaratannya harus membayar biaya tunjangan pembangunan kampus hingga mencapai Rp 60 Juta.
Sedangkan tingkat 'DO' untuk mahasiswa ITB yang dinyatakan lolos melalui ujian SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) setiap tahunnya tercatat hampir mencapai 50 orang.
Setiap angkatan jumlah mahasiswa S-1 hingga S-3 ITB bisa mencapai 4.000 orang dengan biaya beban pendidikan per tahun bisa mencapai Rp25 Juta, kata Wakil Rektor Senior Bidang Akademik ITB, Prof DR Adang Surahman.
Menanggapi masalah tersebut, Presiden KM (Keluarga Mahasiswa) ITB, Dzulqaidah Akbar mengatakan, mayoritas mahasiswa yang dikeluarkan pihak kampus itu banyak terjadi karena lemahnya kekuatan mahasiswa yang bersangkutan untuk mengkiuti proses kegiatan akademik.
Dikatakan, untuk mencegah tingginya angka mahasiswa yang dikeluarkan, pihak KM ITB bersama pihak rektorat telah membuat langkah-langkah tertentu berupa 'early warning' terhadap mahasiswa yang bermasalah dengan akademiknya.
Melalui peringatan dini itu, diharapkannya, setiap mahasiswa dapat segera mecarikan jalan keluar sehingga masih bisa berkuliah di ITB dengan melakukan proses konsultasi bersama pihak-pihak terkait termasuk memberikan bantuan biaya pendidikan bagi setiap mahasiswa yang membutuhkannya.
Selain mahasiswa yang dikeluarkan karena masalah akademik, setiap tahunnya terdapat sekitar 10 orang mahasiswa yang berhenti kuliah di ITB karena lolos seleksi penawaran beasiswa untuk melanjutkan kuliah di luar negri seperti ke Jepang dan jerman, katanya. antara/abi