Kamis, 10 Januari 2008

Perkapalan ITS Jadi Fakultas Terkuat di Indonesia

Surabaya, Indonews -- Rektor Institut Teknologi 10 Nopember (ITS) Surabaya, Prof Ir Priyo Suprobo, MS, PhD mengemukakan bahwa Fakultas Teknik Perkapalan di lembaganya akan menjadi satu-satunya fakultas terkuat di Indonesia.

''Apalagi saat ini ITS mempunyai pusat desain kapal nasional. Bersamaan dengan itu, saat ini ada `booming` kebutuhan kapal tanker di dunia,'' katanya dalam sarasehan untuk menyemarakkan dies natalis ke-47 ITS di Surabaya, Kamis.

Pada sarasehan bertema, ''Bersama ITS Menuju Indonesia Emas'' itu juga tampil sebagai pembicara, pimpinan ''Emotional Spiritual Quotient (ESQ) Leadership Center'', Ary Ginanjar Agustian dan budayawan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun).

Menurut Suprobo, saat ini hingga 2015 seluruh galangan kapal di dunia sudah penuh order dan tidak akan melayani pesanan baru. Karena itu di Indonesia, khususnya di Jatim akan dibangun beberapa dok kapal yang digerakkan oleh tim dari ITS.

Dikatakannya, pembangunan kelautan lewat pengembangan teknik perkapalan menjadi salah satu bidang yang ingin dipacu oleh ITS. Kedua bidang lainnya adalah, energi dan permukiman.

''Mengenai energi ini kami mendukung agar seluruh nusantara ini dapat teraliri listrik. Saat ini sedang dibicarakan mengenai kelistrikan antara ITS dengan direksi dari PT PLN,'' katanya.

Untuk permukiman sendiri, tim ITS kini selalu terlibat dalam mengatasi akibat bencana di tanah air, khususnya untuk pengadaan rumah baru bagi para korban, seperti di Aceh dan Nias akibat tsunami dan gempa.

Pada kesempatan itu, Suprobo juga mengakui bahwa tidak mudah untuk menjadikan perguruan tinggi teknik itu sebagai universitas berkerlas dunia sebagaimana diharapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

''Untuk mewujudkan harapan itu sangat bergantung pada semua pemangku kepentingan di ITS ini. Saya teringat ketika tahun 1959 pimpinan Singapura Lee Kuan Yeuw mengajak rakyatnya bangkit dan 20 tahun kemudian pendapatan perkapita rakyatnya naik 60 kali lipat,'' katanya.

Demikian juga dengan Finlandia, China dan Korea Selatan yang semuanya bisa bangkit dengan cepat. Kuncinya adalah, negara-negara itu membersikan porsi yang besar untuk anggaran pendidikannya.

''Anggaran pendidikan di Indonesia sekarang baru mendekati 12 persen dari total anggaran belanja,'' katanya. *** B007/ant