Nur Arifah Drajati PENDAHULUAN Belajar bahasa kedua bagi seseorang membutuhkan beberapa hal yang mendukung dalam proses belajar bahasa tersebut. Beberapa diantaranya adalah faktor motivasi, strategi belajar siswa, dan juga peran guru memegang peranan penting dalam mensukseskan seseorang dalam belajar. Ada suatu cerita bahwa ada seorang yang sangat cerdas, dia bisa belajar secara otodidak tentang belajar bahasa Inggris. Suatu saat, dikarenakan ada kesalahan sedikit yang dia buat sehingga nilainya berkurang dua, dia sangat kecewa kepada gurunya, motivasi dia belajar bahasa Inggris menurun. Sehinga sampai sekarang prestasi siswa tersebut mengalami penurunan. Gambaran diatas adalah suatu gambaran nyata di suatu institusi pendidikan di Indonesia dimana siswa wajib untuk belajar bahasa tersebut. Dengan adanya makalah ini, penulis berharap, ada beberapa hal yang dapat dipelajari bagi penulis khususnya, dan bagi para pembaca pada umumnya. PERAN MOTIVASI DAN STRATEGI BELAJAR, DAN PERAN GURU DALAM BELAJAR BAHASA KEDUA Terdapat beberapa faktor yang berkaitan dalam mempelajari bahasa kedua dan hal ini terkait dengan pembelajar sebagai pelaku langsung dalam proses pembelajaran ini. Pertama adalah motivasi. Motivasi siswa dalam belajar bahasa kedua sangat menentukan seseorang dalam proses belajarnya. Motivasi ini yang membedakan seseorang akan berhasil atau gagal dalam belajar bahasa kedua. Terdapat berbagai macam motivasi. Ada yang belajar bahasa kedua karena bahasa kedua tersebut merupakan pelajaran wajib untuk ujian nasional, seseorang belajar bahasa karena ingin melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi yang membutuhkan persyaratan bahasa kedua, atau belajar bahasa kedua untuk dapat tinggal atau bertahan hidup di negara dimana bahasa tersebut merupakan bahasa komunikasi. Apapun motivasi pembelajar yang mendukung pembelajar, motivasi sangat berperan dalam mempermudah ataupun mempercepat proses belajar bahasa kedua. Definisi motivasi menurut kaum behavioristik dalam Brown (2001:73) adalah suatu kekuatan antisipasi. Kekuatan ini diperlukan bagi pembelajar dalam menjalani proses belajar bahasa kedua dimana kekuatan inilah yang akan mengarahkan pembelajar atas tujuan dan usaha yang akan dilakukannya. Menurut Finegan (2004:560) terdapat 2 macam motivasi pembelajar dalam belajar bahasa kedua. Pertama, motivasi pelengkap (instrumental motivation). Motivasi ini mendukung pembelajar dalam membantu proses belajar bahasa kedua dengan cara pembelajar membaca buku-buku ilmu pengetahuan, menyanyi atau menonton film dengan materi bahasa kedua. Motivasi ini hampir dimiliki oleh setiap pembelajar bahasa kedua karena motivasi ini hanya memerlukan sedikit rangsangan dari luar untuk belajar bahasa kedua tanpa berhubungan dengan komunitas dengan pengguna bahasa kedua. Sebagai misal adalah pembelajar adalah siswa SMA. Dia belajar bahasa Jepang sebagai bahasa keduanya untuk mendapatkan nilai laporan hasil belajar. Pembelajar ini dapat mempelajari bahasa Jepang ini melalui tarian dan buku-buku pengetahuan tentang Jepang. Motivasi kedua adalah motivasi keseluruhan (integrative motivation). Motivasi in sangat berbeda dengan motivasi yang pertama dimana motivasi ini lebih kuat bagi pembelajar untuk belajar bahasa kedua. Hal ini dikarenakan pembelajar langsung terjun ke komunitas pengguna bahasa kedua. Mau tidak mau pembelajar dihadapkan dengan masyarakat yang menuntut pembelajar untuk dapat berkomunikasi dengan bahasa kedua. Sebagai misal adalah seorang Indonesia yang menikah dengan orang dari Jerman dan orang Indonesia tersebut dibawa ke Jerman. Orang Indonesia tersebut mau tidak mau harus belajar bahasa Jerman dengan budayanya. Inilah yang dinamakan dengan motivasi secara keseluruhan. Faktor kedua yang berperan dalam belajar bahasa kedua adalah strategi belajar. Strategi belajar merupakan tahapan bagi pembelajar bahasa kedua dalam menjadikan mereka agar aktif dan terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Tahap ini sangat penting untuk meningkatkan kemampuan komunikasi. Dengan strategi belajar yang tepat akan menghasilkan kemampuan berbahasa kedua yang lebih baik dan meningkatkan percaya diri. Menurut Oxford (1990:8), strategi belajar adalah suatu cara yang digunakan pembelajar dalam pemerolehan, penyimpanan, percobaan, dan pemanfaatan atas informasi yang didapat. Ditambahkan pula bahwa strategi belajar merupakan suatu aktifitas yang dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih mudah, lebih cepat, lebih menyenangkan, lebih terarah, lebih efektif, dan lebih mudah untuk digunakan dalam situasi baru. Terdapat dua cara dalam pemanfaatan strategi belajar bahasa kedua menurut Oxford (1990: 14). Pertama adalah Strategi belajar langsung (direct strategy) dan Strategi belajar tidak langsung (indirect strategy). Strategi belajar kedua secara langsung melibatkan bahasa target. Strategi belajar ini terbagi dalam tiga strategi, yaitu strategi memori, strategi kognisi, dan strategi kompensasi (Oxford, 1990: 37). Strategi memori atau pengingatan telah digunakan ribuan tahun dalam belajar bahasa. Dalam proses belajar bahasa kedua, strategi ini mencakup belajar kosakata, pemanfaatan gambar-gambar dalam belajar bahasa kedua, dan termasuk didalamnya adalah strategi belajar bahasa kedua dengan suara atau gerakan. Strategi kognisi adalah strategi yang penting dalam mempelajari bahasa kedua. Strategi ini sangat bervariasi dari pengulangan sampai pada aktifitas merangkum. Para pembelajar sering tidak dapat memahami pentingnya strategi ini. Dengan kegiatan belajar menggunakan strategi ini, pembelajar akan lebih memahami tentang bahasa kedua baik secara tertulis maupun percakapan. Strategi ketiga dari strategi belajar langsung adalah strategi kompensasi. Strategi belajar ini sangat bermanfaat bagi pembelajar yang sedang belajar sedikit tentang bahasa kedua. Terkadang, dengan keterbatasan kosakata dan pengetahuan tentang bahasa kedua, pembelajar akan panik, tidak dapat bicara atau bahkan sering sekali melihat kamus untuk memastikan kata yang tepat. Dengan strtaegi belajar kompensasi, pembelajar bahasa kedua dapat menggunakan strategi menerka kata atau tata bahasa dan juga dapat menggunakan bantuan, bahasa tubuh, menghindari topik pembicaraan yang tidak dikuasai, dan juga dapat menggunakan persamaan kata. Strategi belajar secara tidak langsung (indirect strategy) juga memegang peranan penting dalam belajar bahasa kedua. Hal ini disebabkan adanya faktor –faktor yang berhubungan dengan pembelajar pada saat belajar bahasa kedua. Faktor-faktor tersebut berhubungan dengan kognisi, afektif atau perasaan pembelajar, dan faktor sosial pembelajar. Faktor-faktor ini menjadi strategi belajar bahasa kedua. Strategi metakognisi adalah strategi tidak langsung belajar bahasa kedua. Strategi ini menekankan akan pentingnya pembelajar untuk memusatkan konsentrasi belajar bahasa, menyusun dan merencanakan belajar bahasa, dan mengevaluasi cara belajar bahasa tersebut. Terkadang, pembelajar sibuk dengan materi belajar saja tanpa menyadari bahwa strategi belajarnya seharusnya diubah atau diperbaiki dengan melihat hasil kemajuan belajarnya. Dengan strategi metakogisi ini, pembelajar akan menyadari bahwa strategi belajar bahasanya sudah tepat atau belum. Dalam hal ini pembelajar dapat mengevaluasi sendiri atau dapat berkonsultasi dengan guru atau mentor dalam mengevaluasi hasil belajarnya. Strategi kedua dari strategi belajar bahasa secara tidak langsung adalah strategi afektif. Strategi belajar ini mencakup emosi, sikap, motivasi, dan nilai –nilai dalam proses mempelajari bahasa kedua. Terdapat beberapa cara yang dapat ditempuh oleh pembelajar untuk mencapai hasil yang memuaskan dalam belajar bahasa kedua. Menurut Oxford (1990:141) terdapat tiga cara dalam memanfaatkan strategi afektif ini dalam belajar bahasa kedua, yaitu dengan mengurangi kecemasan dengan cara mendengarkan musik, tertawa, dan meditasi setelah belajar bahasa kedua; meningkatkan kepercayaan diri dengan membuat pernyataan –pernyataan positif, menghargai diri sendiri dalam belajar bahasa kedua; mengatur suhu emosi sendiri dengan berdiskusi dengan rekan ketika mempunyai masalah, berusaha untuk mendengarkan suara tubuh ketika sudah terlalu capek dalam belajar bahasa kedua. Dengan belajar bahasa kedua baik dengan strategi belajar langsung dan tidak langsung, pembelajar akan dapat belajar bahasa dengan optimal dan dapat berhasil. Peran ketiga yang mempengaruhi pembelajar dalam belajar bahasa kedua adalah peran guru. Pada jaman dulu, peran guru diharapkan sebagai figur yang ditiru, sebagai orang tua, instruktur, orang yang mengarahkan, hakim, pemimpin, pengevaluasi, pengontrol, atau bahkan sebagai dokter yang wajib bisa menyembuhkan pembelajar dengan segala masalah yang dihadapinya. Pada jaman sekarang, keadaan telah berubah. Menurut Oxford (1990:10), guru memiliki peran sebagai fasilitator, membantu mengarahkan pembelajar, penasehat, koordinator, orang yang memiliki ide, mendiagnosa jika ada masalah dengan pembelajar, dan sebagai komunikator. Dengan demikian, menjadi guru adalah suatu profesi dimana dituntut untuk selalu kreatif dan inovatif sehingga menghasilkan pembelajar yang memahami arti tentang belajar. Hal tersebut diatas ditegaskan oleh Nunan (2003:9) bahwa peran guru dalam belajar bahasa kedua adalah sebagai berikut:
KESIMPULAN Dari uraian di BAB 2 didapatkan kesimpulan bahwa peran motivasi, strategi belajar, dan peran guru adalah sangat terkait dengan belajar bahasa kedua. Motivasi pelengkap dan motivasi keseluruhan memiliki peran masing-masing bagi pembelajar bahasa kedua sesuai dengan tujuan yang akan dicapai oleh mereka sebagai pelaku aktif dalam proses pembelajaran. Tidak kalah pentingnya adalah peran strategi belajar bahasa yang terbagi dalam dua kelompok besar yang saling berkaitan. Strategi belajar secara langsung yang mencakup strategi pengingatan, strategi kognisi, dan strategi kompensasi sangat bermanfaat bagi pembelajar bahasa kedua. Sedangkan strategi belajar tidak langsung berhubungan dengan pembelajar disisi aspek metakognisi, perasaan pembelajar, dan strategi sosial. Strategi ini membantu pembelajar untuk lebih mengoptimalkan belajar bahasa kedua sehingga menghasilkan pembelajaran yang optimal pula. Demikian juga dengan peran guru yang sedikit bergeser dari seorang instruktur menjadi seorang fasilitator, membantu pembelajar jika terdapat masalah yang berkaitan dengan proses pembelajaran, konsultan, pengarah, penasihat, dan juga pencetus ide. Peran guru yang paling utama adalah fokus kepada pembelajar. Dengan mengoptimalkan motivasi, strategi belajar yang tepat, dan peran guru dalam belajar bahasa kedua, diharapkan akan menghasilkan hasil belajar optimal dan bermanfaat bagi pembelajar. DAFTAR PUSTAKA Brown, H. Douglas. 2001. Teaching By Principles. Longman. Finegan, Edward. 2004. Language, Its Structure and Use. Wadsworth . Nunan, David. 2003. Practical English Language Teaching. McGraw –Hill. Oxford, Rebecca l. 1990. Language Learning Strategies. Heinle and Heinle Publisher. Richards, Jack C ; Renandya, Willy A. 2002. Methodology in Language Teaching. Cambridge University Press. | |