Sabtu, 24 Mei 2008

Berkah Dibalik Permasalahan SPMB





Ditulis oleh Irwandi
Thursday, 03 April 2008
Dari awal mula munculnya permasalahan, perdebatan, dan sampai akhirnya ditemukan resolusi atas persoalan SPMB, ternyata semua ini membawa hikmah tersendiri bagi para rektor seluruh Indonesia. Setidaknya mereka sering bertemu. Terjadi intensifikasi komunikasi di antara para rektor yang selama ini karena kesibukan masing-masing, hal-hal seperti ini jarang terjadi.

Ternyata SPMB hanyalah entry point saja memasuki spektrum permasalahan pendidikan tinggi yang lebih luas. Kristalisasi dari rangkaian brainstorming itu terjadi pada pertemuan para rektor seluruh Indonesia dengan Dirjen Dikti, Fasli Jalal dan jajaran pimpinan dikti lainnya di Auditorium Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi beberapa hari yang lalu.

Dalam kesempatan ini, Dirjen Dikti, Fasli Jalal secara khusus memberikan tanggapan dan sekaligus menambahkan hal-hal apa yang mesti dan bisa dilakukan oleh perguruan tinggi, terutama paguyuban rektor aktif sebagai inisiatornya.
Dalam pertemuan itu beberapa ide yang mengemuka adalah menjajaki kemungkinan melakukan program KKN (Kuliah Kerja Nyata) lintas Universitas dan lintas disiplin ilmu; melihat kemungkinan penerapan pola 3 2 2 (3 tahun S 1, 2 Tahun S 2, dan 2 tahun S 3) pada pendidikan tinggi di Indonesia; bagaimana melakukan kredit transfer dan gagasan double Degree di dalam Negeri; melakukan analisa terhadap program studi di seluruh Universitas di Indonesia; bagaimana menjadikan kampus menjadi miniatur Indonesia; dalam konteks leverage dan relevansi perguruan tinggi, bagaimana perguruan tinggi membangun sinergi dengan pemerintah daerah dan industri-industri.


Kuliah Kerja Nyata selama ini dilakukan hanya sendiri-sendiri oleh perguruan tinggi bersangkutan. Menurut Prof. Dr. Gumilar Rusliwa Somantri, mewakili para rektor, ide KKN lintas Universitas dan disiplin ilmu ini dimuncukan, karena teleologisnya yang sangat mulia. Melalui program sinergi ini akan bisa memperkuat integritas bangsa. Isi dari KKN itu juga akan lebih kaya.

Selain itu, kata Gumilar, UI, ITB, UGM akan mencoba melakukan program double degree dalam negeri. Untuk tahun ini, tiga universitas ini akan memulai dengan kelas infrastruktur.

Dalam usulannya Dirjen meminta betul agar program-program lintas daerah, lintas universitas dalam matra tridarma perguruan tinggi ini dengan segala ramifikasinya, seperti program KKN lintas universitas dan program detasering dibuat lebih massif. Kampus menurut Dirjen harus menjadi miniatur Indonesia yang plural ini, bukan kampus-kampus yang tersekat-sekat oleh identitas askripitif.

Di Eropa dikenal pola 3 2 2. Pola ini kompatibel juga dengan pola dan struktur pendidikan tinggi di Amerika. Sementara itu di Indonesia sedikit lebih lama. Kadang-kadang untuk menyelesaikan S I, sampai menghabiskan waktu 5 dan 6 tahun. Padahal di luar negeri strata S 1 kita hanya diakui setara dengan BA luar negeri yang hanya didapat selama 3 tahun. Menurut Dirjen perlu dilakukan analisa mendalam bagaimana kompatibilitasnya dengan Eropa dan Amerika, berapa SKS yang diperlukan untuk setiap strata itu dan dilihat juga bagaimana pengalaman Negara-negara yang sudah beralih dari pola 4 2 2 ke 3 2 2 ini.

Masih dalam konteks yang sama, dirjen juga minta agar sama-sama difikirkan bagaimana mencari jalan keluar bagi anak-anak Indonesia yang S 1 nya di luar negeri dan mau melanjutkan S 2 di dalam negeri, di mana kalau mengacu pada sistem kita, SKS mereka hanya setara dengan D 3 di Indonesia. Kita belum punya program untuk mengejar kekurangan SKS ini.

Kata dirjen “dalam satu tahun ini agar kita semua bekerja keras memikirkan hal ini, sehingga pada tahun akademik 2009-2010, kita sudah punya program ini. Sehingga putra-putri terbaik kita yang S 1 di luar dan sebetulnya save dan sound melanjutkan S 2 di Indonesia, tapi karena kita tidak memiliki hal tadi, mereka lari lagi ke universitas terbaik dunia di luar negeri”

Salah satu pesan yang tak bosan-bosanya disampaikan dirjen adalah analisa program studi. Kali ini Dirjen meminta paguyuban rektor aktif membagi tugas, secara bersama-sama melakukan analisa bidang studi. Program studi di Indonesia sangat bervariasi tingkat kejenuhan dan kebutuhannya sekarang.

Ada program studi, fakultas tertentu di Indonesia yang antara intake, student body dan dosen sudah tidak sesuai rasio ideal lagi, bahkan sangat parah. Sementara di universitas lain, melimpah, sehingga juga tidak terlalu bagus efesiensinya. Dirjen meminta para rektor menganalisa ini, melakukan pemetaan dan keluar dengan rekomendasi-rekomendasi. Kalau ini bisa dilakukan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi akan bantu dengan dana skim hibah kompetensi.
By Irwandi