Sabtu, 24 Mei 2008

Peserta UN Diteror SMS


Siswa SMU Tarsisius II, Kebon Jeruk, Jakarta Barat mengerjakan soal mata pelajaran Bahasa Indonesia pada Ujian Nasional hari pertama, Selasa (22/4). Sementara ada satu sekolah di Medan yang tidak mengerjakan ujian ini karena panitia terlambat mengambil soal. .
Rabu, 23 April 2008 | 05:17 WIB

CIJANTUNG, RABU - Peserta ujian nasional (UN) diteror SMS atau pesan singkat bernada ancaman siswa yang tidak patuh bakal tidak lulus berseliweran di hari pertama UN SMA/SMK. Pesan singkat berantai ini membuat sejumlah siswa down dan merasa diteror.

Isi SMS teror itu antara lain, "bpk.darjokusumo (paranormal trknl dsurby) blng angktn 2007/2008, lu2s 90 % khsusny di jkrt. Sebarkan sms ni k 10 tmnmu. jk tdk mk u trmsk ddlm 10 %trsbt."

Kalimat terakhir yang berarti siswa yang tidak menyebarkan SMS itu bisa masuk yang 10 persen (tidak lulus) membuat sebagian siswa cemas. Namun banyak juga juga siswa yang cuek.

"Saya dapat SMS ini Senin sekitar jam sebelas malam. Nggak tahu siapa yang ngirim, nggak jelas. SMS kayak gini bikin down, seperti teror. Apalagi menjelang ujian," ucap Mutia, siswi SMAN 62 di Kramatjati, Jakarta Timur, Selasa (22/4). Mutia mengabaikan SMS itu.

Mutia mengaku ia juga mendapat SMS berantai yang lain. Dalam SMS itu disebutkan bahwa bila ia tidak menyebarkan sama sekali SMS tersebut ia tidak akan lulus ujian. Sedangkan bila ia menyebarkan ke hanya tiga teman, dirinya akan sial. "Ini SMS bercanda, tapi juga nakutin," ucapnya.

Laila, siswi kelas 3 IPS SMAN 62, juga menerima SMS yang sama dari seorang temannya. "Kayaknya, teman saya itu ketakutan. Kalau nggak kirim SMS ini ke teman-teman, bisa nggak lulus. Tapi, ngapain juga buang-buang pulsa ngirim SMS yang nggak bener," ucapnya.

Kepala Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi (Dikmenti) DKI, Margani M Mustar mengingatkan agar siswa jangan percaya dengan isu-isu. Apalagi jika ada yang bilang bisa memberikan bocoran soal ujian. "Percaya diri saja, itu semua pasti bohong," tuturnya.

Beberapa peserta UN mengaku bisa mengerjakan soal-soal di hari pertama UN yakni matematika dan bahasa Indonesia. "Isinya sudah pernah dipelajari. Mudah-mudahan bisa lah," ujar Ridho, pelajar SMAN 39 Jakarta, mengomentari soal bahasa Indonesia.
Sedangkan Mutia mengaku butuh konsentrasi tinggi ketika mengerjakan soal-soal matematika. Dari 40 soal, ia mampu mengerjakan 35. "Lima soal lainnya nggak ketemu jawabannya dan tidak sempat menghitung lagi," tuturnya.

Menangis

Sementara itu sejumlah peserta UN di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2, Kecamatan Taktakan, Kota Serang, meneteskan air mata ketika lonceng tanda berakhirnya ujian berdentang. Sebagian siswa menyesalkan penarikan lembar jawaban oleh pengawas ujian ketika belum tuntas dikerjakan. "Belum selesai mengerjakan, (lembar jawaban) sudah diambil," ujar Eva, peserta UN di MAN 2 Serang.

Siswi kelas tiga jurusan bahasa itu berkali-kali menyesali ketidaktuntasannya dalam menjawab soal-soal ujian. Rekannya yang duduk di sebelah dia memintanya agar bersabar dan tenang. Sementara seorang siswa bersungut-sungut, "Kalau yang ini (mata ujian bahasa Indonesia—Red) aja sulit, bagaimana soal matematika?"

Fitri, juga peserta UN di MAN 2 mengatakan, pada soal bahasa Indonesia, pilihan jawabannya menjebak. Pasalnya, dari empat pilihan jawaban, Fitri menganggap semuanya benar. "Kita jadi bingung milih jawaban yang paling benar. Kayaknya semuanya benar," katanya.

Untuk mengurangi tekanan mental, para siswa SMAN 1 Kota Tangerang dipersilakan untuk berteriak sekeras-kerasnya sebelum masuk kelas, sekitar pukul 07.20. Menurut seorang guru, berteriak lepas seperti itu diharapkan dapat membuat para siswa lebih rileks dan tidak stres ataupun tegang.

Tak Berani Masuk

Gubernur DKI Fauzi Bowo, kemarin, tak berani masuk ke ruang ujian karena ketentuannya hanya pengawas yang boleh masuk. "Saya tidak mau mengganggu ujian, juga karena aturannya melarang yang tidak berkepentingan masuk ruang ujian," ujarnya ketika mengunjungi SMAN 39. Fauzi pun hanya melongok ruang ujian dari balik kaca. Hal serupa dilakukan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah ketika meninjau pelaksanaan UN di salah satu ruang ujian di MAN 2 Serang.

Tahun ini, UN di DKI diselenggarakan di 1.065 sekolah dan diikuti 118.929 pelajar. Tahun lalu, kelulusan pelajar SMAN di Jakarta mencapai 98,85 persen, SMKN 94,50 persen, SMA swasta 93,35 persen, dan SMK swasta 92,17 persen. Angka rata-rata kelulusan siswa DKI itu antara 7,07-7,33.

Fauzi Bowo juga mengatakan peserta ujian harus percaya diri dan tak perlu khawatir tidak lulus. Tingkat kelulusan siswa SMA Jakarta tahun lalu adalah 98,85 persen dan kelulusan siswa SMK 94,50 persen. "Tidak ada alasan untuk khawatir tidak lulus," ucapnya. Kemarin, Fauzi juga meninjau pelaksanaan UN di SMKN 58 di Bambuapus dan MAN 2 di Ciracas. (Warta Kota/tan/cel/nir)